Memiliki kulit tan nan bercahaya mungkin menjadi impian bagi beberapa orang. Oleh karena itu, mereka melakukan self-tanner untuk mendapatkan kulit kecokelatan yang glowing dan terlihat natural.
Bicara mengenai self-tanner pastinya tidak lepas dari bahan bernama dihydroxyacetone. Jadi, apa itu dihydroxyacetone? Dan bagaimana cara kerjanya? Berikut penjelasannya.
Fakta Dihydroxyacetone
JENIS BAHAN: Gula
MANFAAT UTAMA: Memicu reaksi kimia pada kulit sehingga terjadi penggelapan sel-sel kulit yang membuat kulit tampak kecokelatan.
SIAPA YANG HARUS MENGGUNAKAN: Siapa pun yang ingin mendapatkan tampilan kulit tan/kecokelatan tanpa harus menerima kerusakan akibat sinar matahari. DHA umumnya diterima dengan baik oleh sebagian besar orang. Meskipun berpotensi menyebabkan dermatitis kontak.
CARA MENGGUNAKAN: Efek penggelapan DHA akan berkembang dalam 24 jam dan akan bertahan selama rata-rata seminggu.
COCOK DIKOMBINASIKAN DENGAN: Bahan pelembap atau serum yang dikombinasikan dengan DHA.
TIDAK COCOK DIKOMBINASIKAN DENGAN: Asam alfa hidroksi karena mempercepat pemecahan DHA. Meskipun hal tersebut bisa menjadi solusi bila rankbae ingin memudarkan efek tan yang dihasilkan dihydroxyacetone.
Apa Itu Dihydroxyacetone?
Dihydroxyacetone adalah bahan yang sering disebut sebagai DHA, yaitu senyawa gula tidak berwarna yang sebagian besar dimanfaatkan untuk pembuatan produk self-tanner. Self-tanner sendiri sebutan untuk produk yang dapat mengubah warna kulit jadi lebih gelap/tan tanpa harus terkena paparan sinar matahari langsung.
Dalam proses pembuatannya, dihydroxyacetone diproduksi secara sintetis dengan memanfaatkan tanaman yang mengandung gula seperti tebu atau buah bit. Menariknya, dihydroxyacetone menjadi satu-satunya bahan yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk self-tanner.
Selain dimanfaatkan sebagai self-tanner, dihydroxyacetone biasanya juga digunakan selama proses pembuatan anggur.
Bagaimana Cara Kerja Dihydroxyacetone?
Seperti penjelasan sebelumnya, dihydroxyacetone digunakan untuk menggelapkan kulit sementara. Lalu, bagaimana cara kerja dihydroxyacetone?
Pernah dengar tentang istilah reaksi maillard? Jadi, reaksi maillard merupakan reaksi pencokelatan non-enzimatik yang melibatkan asam amino dan gula pereduksi. Supaya lebih mudah, coba bayangkan ketika daging merah berubah warna jadi cokelat ketika dipanggang. Fenomena itulah yang disebut sebagai reaksi maillard.
Nah, sekarang kita akan belajar tentang kinerja dihydroxyacetone pada kulit. Ketika dihydroxyacetone digunakan, bahan ini dapat berinteraksi dengan asam amino yang ada di protein sel kulit. Efeknya, reaksi maillard pun terjadi dan merangsang produksi melanoid/pigmen cokelat.
Perlu diingat, reaksi maillard hanya terjadi di epidermis–lapisan teratas kulit, sehingga self-tanner yang dihasilkan dihydroxyacetone tidak bersifat permanen. Begitu sel-sel yang kecokelatan itu memudar, efek warna gelap pada kulit pun ikut menghilang.
Efek Samping Dihydroxyacetone
Michele Farber (ahli dermatologi bersertifikat) mengatakan umumnya dihydroxyacetone dapat ditoleransi oleh kebanyakan orang. Namun, bahan ini juga memiliki potensi menyebabkan dermatitis kontak seperti iritasi, ruam, dan kemerahan sekaligus alergi.
Sementara menurut Rhiannon Mitchell (co-founder Luna Bronze), orang yang mengalami reaksi saat menggunakan self-tanner kemungkinan bereaksi terhadap bahan atau pengawet lain yang ada di dalam formulanya. Jadi bukan karena dihydroxyacetone itu sendiri.
Dengan demikian, sebaiknya rankbae mencari produk self-tanner yang mengandung dihydroxyacetone yang diturunkan secara alami dan minim bahan tambahan. Supaya lebih aman lagi, rankbae bisa melakukan patch test sebelum menggunakan produk tersebut secara menyeluruh. Apalagi kalau rankbae memiliki kulit sensitif atau mudah teriritasi.
Mitchell juga menambahkan untuk menggunakan penutup mata dan mulut saat mengaplikasikan self-tanner semprot supaya self-tanner tidak terhirup. Satu lagi yang menjadi kelemahan dihydroxyacetone adalah baunya tidak sedap.
Cara Menggunakan Dihydroxyacetone
Pertama yang perlu diingat adalah dihydroxyacetone tidak berwarna dan dapat terus bereaksi menggelapkan kulit hingga 24 jam setelah dipakai. Oleh karena itu, rankbae perlu mencuci tangan setelah menggunakan self-tanner.
Meski tersedia dalam berbagai bentuk mulai dari krim, semprotan, dan tetes, produk self-tanner pada dasarnya punya formulasi yang mirip. Silakan dipilih sesuai dengan preferensi masing-masing. Terkait cara menggunakannya, rankbae bisa mengikuti label petunjuk yang ada.
Jika selama menggunakan dihydroxyacetone hasilnya tidak sesuai dengan harapan atau rankbae ingin segera menghilangkan efek tan di kulit, rankbae bisa menggunakan produk exfoliant yang mengandung asam alfa hidroksi.
Asam alfa hidroksi adalah cara efektif untuk menghilangkan dihydroxyacetone dan sisa tan yang masih menempel di kulit. Selain itu, bahan ini juga bisa membantu pengelupasan kulit mati.
Hal terakhir yang perlu diingat adalah produk self-tanner yang mengandung dihydroxyacetone tidak menawarkan perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Oleh karena itu, rankbae tetap harus menggunakan sunscreen untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV.
Terlebih sinar matahari justru dapat merusak tampilan tan yang dihasilkan self-tanner bahkan bisa membuatnya cepat memudar.
Apakah Dihydroxyacetone Aman untuk Kulit? Dihydroxyacetone atau DHA adalah bahan yang disetujui FDA dan EU Scientific Committee untuk digunakan sebagai self-tanner. Pada tahun 2010, sebuah organisasi mengatakan bahwa penggunaan dihydroxyacetone tidak akan membahayakan kesehatan jika konsentrasinya di bawah 10%. Selain itu, hindari menggunakan dihydroxyacetone di dekat bibir, mata, atau area lain yang tertutup selaput lendir.
Apakah Dihydroxyacetone Berbahaya? FDA memang telah menyetujui penggunaan dihydroxyacetone. Tetapi bahan tersebut tidak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, rankbae perlu menggunakan penutup mata dan mulut ketika menggunakan dihydroxyacetone semprot. Jika proses penggelapan kulit dilakukan oleh profesional, pastikan rankbae mendapatkan perlindungan yang memadai.
